Surat untuk Mama

5:30 pm



Dear Mama,

Wajahmu kini kulihat tak secantik dulu kala ketika aku masih belia. Lelah dan letih mulai terlihat dalam garis-garis samar dalam rona merah diwajahmu. Garis samar terlihat di kedekatan. Dan tenagamu kini tak sekuat genggamanmu waktu dahulu. Menjagaku, merawatku, menyayangiku, membahagiakanku menjadi kewajibanmu selain mengantar-jemputkanku ke sekolah.

Mama,
Maafkanlah aku yang sejak dahulu kala selalu membuatmu cemas, marah, sedih dan lelah. Menjadi peringkat di kelas dan di sekolah menyiksa batinku. Kata belajar menjadi bahasa sapaan untukku dan kata bermain menjadi bahasa tidak lazim di umurku. Seringkali nasihatmu masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sungguh tidaklah mudah memiliki anak seperti diriku. Sikap manja dan kekanak-kanakan masih menyelimutiku hingga kini. Namun kasih sayangmu, pengajaranmu, kebijaksanaanmu telah mengalir dalam diriku tanpa aku sadari.

Mama,
Hari ini aku bisa berdiri diatas kakiku sendiri. Itu semua karena Doa dan dukunganmu yang tak henti-henti. Tiada pelajaran darimu yang sia-sia termasuk ocehanmu. Belajar , berusaha dan berdoa menjadi jalan hidupku. Sekarang semua terasa berbeda disaat target yang menyiksa, kini menjadi keharusan. Bermain dengan laporan, paper, worksheet, desain, dan lain-lain menjadi taman bermainku.

Mama,
Jikalau waktu dapat diputar kembali, aku akan lebih patuh, taat dan mengerti. Aku tahu aku salah, aku yang meragukanmu, aku yang tidak mempercayaimu. . Tiada yang bisa kuberi yang dapat membalas semua kebaikanmu ma.  Hari ini izinkanlah aku berbakti dan membahagiakanmu dengan caraku. Menjadi anakmu adalah anugerah terindah yang pernah kumiliki. Tidak mudah menjadi sepertimu mama.

Ma,

Sampai kapanpun aku masih tetap menjadi anak kecilmu yang lucu begitu juga sebaliknya.

Dari lubuk hati Fariki yang paling dalam,

Anakmu

-----
Ditulis bulan Desember dan mengikuti project "Surat untuk Ibu" Rotaract Jogja Tugu

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

LIKE US ON FACEBOOK