BELAJAR BANYAK DARI PILKADA DKI JAKARTA
2:02 pm
Nah! dimarigraph – Hooaamm… Suasana siang ini berasa gimaaaanaaa
gitu, beberapa hari ini saya dimanjakan dengan cuaca yang sejuk, malah terkesan
dingin. Kaya berasa di Seoul atau Kyoto. Padahal mah aslinya masih di Jakarta aja.
Bawaannya pengen boboan aja atau makan.
Udah gitu aja. Simple!
Suasana seakan-akan mendukung pilkada DKI, dimana minggu ini
sudah memasuki masa tenang bukan masa iddah. Ingat, masa tenang. Namun saya
heran, masih beberapa teman saya masih aja nyebar-nyebar berita gitu tentang
dukungan paslon nya, dan kebanyakan yah mohon maaf ‘share tanpa berpikir dulu’. Apa jangan-jangan udah berpikir lagi.
Apakah berita itu benar adanya? Apakah akan berujung fitnah?
Belum lagi ditambah caption/keterangan
yang terkadang menunjukkan kebencian. Ih ngeri! Bikin panas aja.
Sebenernya saya amat menyayangkan sama sekali. Tapi siapa
sih saya? Hehe. Satu hal yang pasti, saya banyak belajar dari Pilkada DKI kali
ini. Ketika ada paslon yang menyampaikan program kerjanya, saya terkadang mencari
tahu apakah bisa di jalankan dan bagaimana menjalankannya walaupun engga secara
mendalam.
Terus terang saya penasaran.
Kerap saya cari di google dan bandingkan dengan beberapa
sumber. Maklumlah yang mendaftar sebagai calon gubernur notabenanya orang
pinter-pinter semua. Pastinya program kerjanya dibuat engga asal-asalan dong.
Sebagai contoh kecilnya aja, saya baru tahu kenapa KJP itu
kenapa engga tunai aja? Sebenernya bikin ribet aja. Apalagi emak saya, Ibu
rumah tangga. Belum lagi emak-emak yang lain. Namun itulah pembelajaran. Di sisi lain, pemerintah mengambil kebijakan
tersebut karena ingin mengetahui kemanakah aliran uangnya. Dan itu wajar saja. Kenapa
besarannya engga ditambahin? Dan lain sebagainya. Ya sudah pasti ada
pertimbangannya toh.
Untuk contoh yang lain saja (karena saya mau beli, mau aja
dulu) seperti kenapa beli rumah harus pakai DP? Nah itu sebenernya secara
ngawang-ngawang kita dapat menyimpulkan sendiri. Secara gampangnya, kalo kita
dapetinnya aja perlu usaha, ke depannya pasti akan lebih sulit ingin
melepaskannya & akan lebih bersungguh-sungguh. Cieeh… Mmmhh.. Namun teori ini belum tentu benar dalam
hal percintaan.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah program-program
tersebut bisa dijalankan dalam kurun waktu lima tahun ini dengan baik dan
terlaksana? Karena terus terang, saya sendiri sudah bosan yang gitu-gitu
aja.Ibarat katanya engga move on2
gitu. Dan bisakah calon gubernur yang akan menjabat nantinya dapat membuat rakyatnya
‘pinter & tertata’ secara tidak langsung?
Doa saya sederhana, semoga kakak-kakak yang manis dapat
dimantapkan dalam memilih, terutama dalam memilih pendampingnya dimasa
mendatang.
Akhir kata, lemesin aja shaayyy.
Salam Sayang,
Januar dimari
Kembali bobo manis.
0 comments