Ditulis di Jakarta oleh Rylarian M. Januar Fariki.
Selang
beberapa menit kami menunggu, suara berisik dari speaker stasiun serta
bunyi teong-teong dari klakson kereta pada malam itu membuat kami
harus kembali ke ibukota yang katanya lebih kejam daripada ibu tiri.
Aku bersama Yugo, Bedul mulai masuki gerbong. Dengan langkah yang
tergopoh-gopoh kami mulai mencari tempat duduk kami. Suara bising mulai
dari percakapan orang-orang sekitar maupun yang lalu lalang sambil
menteriakkan “mijon-mijon, akua-akua, nasi ayam, nasi telor, yang
lapar-yang lapar, oleh-oleh, wingko-wingkonya, dan lain-lain” membuat
kami tidak nyaman. Sesak dan panas itu juga yang kami rasakan. Kami
mengira kereta yang mengangkut kami pertama kali akan sama dengan
kepulangan ternyata itu salah besar. Pergi dengan kereta AC dan pulang
dengan kereta AC yang belum dipasang, entah karena masih di toko atau
tidak ada mekanik yang memasangnya. Mau engga mau, But life must go on…
- 2:00 pm
- 0 Comments