Pagi yang mendung termenung . . . di Bandung?

5:30 pm

Secangkir teh hangat dan satu buah donat J.co creamy yummy mmmhh… menemani menulis pengalaman begajulan tur ka Bandung 1minggu lalu. Silahkan dinikmati ceritanya… Ceritanya “fresh from the oven”Here we go…!





CLBK
Tidak kurang dari dua minggu perencanaan, mengadakan begajulan ka Bandung untuk mengisi liburan panjang di penghujung bulan maret 2013. Memang kami sudah lama tidak begajulan bersama sekitar 3 tahun yang lalu. Dahulu format asli begajulan crew hanyalah 4 orang lelaki tampan, rupawan dan menawan hati  tetapi sekarang semakin bertambah crew nya. Bukan hanya 100 orang yang menjadi kru nya melainkan kurang dari 5 orang. Hehehe…  Semakin bertambah banyak bukan?

Terlepas dari jumlah orang, yang ingin saya ceritakan disini adalah sebuah persahabatan yang kental yang dimulai dari pertemanan kampus, pertemanan dalam perjalanan sampai dengan pertemanan hidup. Pertemanan yang sangat setia dalam senang dan duka yang diikat dalam naungan ikatan magang dari kampus ke luar zona kenyamanan. Ketika semuanya terlihat memudar, cahaya semangat seorang sahabat dibutuhkan. Ketika semuanya terasa baru dan asing, genggaman tangan seorang sahabat menjadi hal yang sangat penting untuk melangkah.

Semua terasa berbeda, “ini bukan tiga tahun yang lalu” berkata dalam hati. Semakin terasa dalam dan mendalam. Perjalanan sehabis pulang kerja di malam hari membuat sepanjang jalan tol Jakarta –Bandung tiada terasa meskipun kami terjebak macet sampai di KM. 43 (Kalau engga salah). Berangkat pukul 10 malam yang ditandai dengan pengumpulan sejumlah uang untuk patungan bensin dan tol. Kalau supir mah gratis. Hehee.. Bener engga Va?

Tiga jam kami baru sampai di Km. 43 dengan tingkat kepegelan  hampir semuanya. Mulai dari daerah bokong sampai dengan mulut. Bokong yang menahan tubuh kita,sedangkan mulut menahan tertawa terbahak-bahak. Maklumlah teman lama tak jumpa  dimana pujian dan hinaan serasa tidak ada bedanya. Hahahaa…  Alhamdulilah selepas KM 43 perjalanan menjadi lancar ibarat tamiya, mobil kami sudah bisa menggunakan dynamo kilikan dibaca “bunuh ikan”. Saya kira saya bisa tertidur ketika jalan lancar tetap saja tidak bisa. Ada saja candaan yangmembuat saya tertawa terbahak-bahak. Hahaha…  Tepat pukul tiga lewat kami sampai di hotel shirton*, deretan Jayakarta Hotel. Keceriaan malam itu ternyata permulaan dariawal cerita kita selama di Bandung.

 
Pagi Mentari Bandung…
Mentari pagi yang sedikit termenung,membuat kami enggan meninggalkan kasur. Jam delapan pagi saya menyantap hidangan nasi goreng udang, bubur ayam, dan roti bakar. Teh, aneka jus dan airputih pun turut meramaikan sarapan pagi saya. Maklumlah saya belum makan dari semalam. Hehehe …. Selagi menikmati hidangan kami mulai mempersiapkan kegiatan acara kami pagi itu. Rencana pagi itu, menjemput tur guide kita Oji di pasar, setelah itu ke kawah putih, sholat jumat,  makan siang di sindang seret, lalu ditutup dengan makan kafe mentari.

Perjalanan menuju kawah putih dikendarai oleh Ilham yang memang telah dinobatkan sebagai spesialis jalanan macet dan sering memasang CCTV di kaca. Hahaha… Sebelum perjalanan ke kawah putih, kami menjemput tour guide kita yang sudah tidak asing lagi yaitu Oji.  Entah karena Oji sehabis belanja atau sebagai kuli panggul beras kami disuruh menjemputnya di pasar. Hehehe.. *piss*.

Terdengar alunan music harlem shake dari salah satu radio bandung, sontak membuat kami ingin membuat video tersebut. Yah meskipun pada awalnya terbata-bata, tapi kami berhasil membuatnya. Mau tahu keseruan video kami? Ada yang bergaya kungkang, pangeran kesetrum atau toyoran maut ada dalam video berdurasi 2 jam itu. Nantikan kami bagi teman-teman semua.

Yuhuu… Semua sudah lengkap, saatnya kita menuju kawah putih. Seperti yang telah dibicarakan oleh Oji sebelumnya bahwa perjalanan pulang pergi akan macet. Ya kita hajar sajalah, toh kita sudah di Bandung dan ada spesialis driver macet. Di dalam mobil, kami mendapat kabar yang menggembirakan bahwa Oji akan bertuker dengan pelajar/mahasiswa dari Jepang selama 6 bulan (kalau tidak salah). Akhirnya ada juga teman begajulan kita ditukar dengan mahasiswa sana. Mari kita doakan semoga saja kolornya pun tidak tertukar. Hehehe.. Ucapan selamat dan wejangan pun menjadi makanan Oji waktu itu dan diterima dengan lapang dada.

Meskipun matahari sangat terik, hawa-hawa dingin mulai masuk ke dalam mobil setelah kami menyalakan AC dengan kencangnya.Hahaha.. Sudah panas dan macet, kami tetap bersikukuh untuk pergi kesana. Nah,kami pun mampir terlebih dahulu ke tempat mini swalayan sebut saja alfamart untuk membeli minuman dingin. Dan saatnya saya berganti kemudi. Dengan ketinggian sekitar kurang lebih 50cm dari permukaan tanah saya mengemudikannya. Siap lepas tandas...

Sekilas info "Berdasarkan riset selama perjalanan maka disimpulkan berbeda kemudi, berbeda pula kondisi jalanan dan music radionya.Kalau Ilham musicnya pasti yang galau, kalau saya music-musik terkini dan kalau Vava music-musik era tahun 70-an. Hehehe… " Perjalanan dilanjutkan untuk mencari mesjid. Dan lagi-lagi hawa dingin sudah mulai terasa ketika kami buka jendela, bukan karena AC dikencangkan tetapi hawa-hawa pegununungan sudah ada.

“Kiri-kiri itu mesjidnya”, ucap Oji. “Itu mesjid baru ji?”, ucap Ilham. “Yaudah kita disitu aja yaah”, jawab saya. Setelah depan gerbangnya kami semua bingung dan celingukan ke kanan dan ke kiri. “Sepertinya ini bukan hari jumat deh”, jawab saya lagi. “Bukan, mesjidnya belum jadi”pungkas Oji. Hauahahaha…  Kami tertawa karena setahu kami Oji sudah pernah sholat disitu.

Mmmhh… Sholat jumat yang berbeda kami rasakan di tahun ini. Sholat di tengah-tengah perjalanan dan kerumunan masyarakat orang sunda menjadi daya tarik tambahan selama perjalanan. Sekitar 50 orang berada dalam satu ruangan.  Khotbahjumatnya menggunakan bahasa sunda yang rata-rata dari kami tidak mengerti. Alhamdulillah berbekal pengalaman kampus visit ke Bandung dan berbelanja di gedebage beberapa tahun silam, saya mengetahui artinya sedikit-sedikit  yaitu  menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang larangan-Nya.

Setelah selesai sholat kami melanjutkan perjalanan untuk mencari makan terlebih dahulu. Melewati beberapa restoran yang mengundang selera, akhirnya kami putuskan untuk makan di sindang ponyo. Bagi kita makan di sindang ponyo itu sudah sama dengan sindang reret. Hahaha.. Lumayan murah lho… Saya sendiri cuma habis sekitar Rp. 20.000an. Murah kan? Saung-saung gimana gitu.. Yang paling mantep adalah sambelnya, wuiidiiww… Pedesnya maknyoss.. Lalapan + pepesan ayam goreng + tumis jamur + goreng ati ampela + teh tawar hangat = Nikmat dunia. Hahaha… Jadi laper deh. Yuk lanjut ke yang lain…



Selangkah lagi menuju kawah putih, tepat di pelataran menuju gerbang kawah putih kami berdiskusi. Tak lain dan tak bukan harga menjadi faktor penentu dalam perjalanan, mana yang lebih menguntungkan dan murah. Setelah menimbang (Vava) maka kami putuskan untuk naik ke atas kawah putih dengan mobil pribadi dibandingkan dengan naik angkot.

Setelah puas berfoto-foto ria, kami putuskan untuk segera ...

(Bersambung)

Salam begajulan.
Thank you and follow @f5tourtravel

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

LIKE US ON FACEBOOK