Perjalanan 3 hari yang “ngangeni”
2:00 pmDitulis di Jakarta oleh Rylarian M. Januar Fariki.
Selang
beberapa menit kami menunggu, suara berisik dari speaker stasiun serta
bunyi teong-teong dari klakson kereta pada malam itu membuat kami
harus kembali ke ibukota yang katanya lebih kejam daripada ibu tiri.
Aku bersama Yugo, Bedul mulai masuki gerbong. Dengan langkah yang
tergopoh-gopoh kami mulai mencari tempat duduk kami. Suara bising mulai
dari percakapan orang-orang sekitar maupun yang lalu lalang sambil
menteriakkan “mijon-mijon, akua-akua, nasi ayam, nasi telor, yang
lapar-yang lapar, oleh-oleh, wingko-wingkonya, dan lain-lain” membuat
kami tidak nyaman. Sesak dan panas itu juga yang kami rasakan. Kami
mengira kereta yang mengangkut kami pertama kali akan sama dengan
kepulangan ternyata itu salah besar. Pergi dengan kereta AC dan pulang
dengan kereta AC yang belum dipasang, entah karena masih di toko atau
tidak ada mekanik yang memasangnya. Mau engga mau, But life must go on…
Kereta Senja Utama perlahan-lahan mulai meninggalkan stasiun Purwokerto. “Jakarta here we go!”, berbicara
dalam hati. Di benakku aku kangen sama kasurku, biasanya suka tidak
bisa jauh di saat wiken dan tidak bisa lepas di saat wikdey. Tidak lama
melihat Yugo dan Bedul sudah hampir tertidur pulas. Seketika pikiranku
sontak kembali mengingatkan perjalananku di mulai dari Jakarta.
Ceritanya dimulai dari sini.
Rencana memang tidak selalu
berjalan mulus, semulus paha cherrybelle yang katanya. Tapi tidak
usahlah melihat paha cherrybelle, melihat paha sendiri dan salah satu
temen RYLA juga mulus. Aku tidak ingin bercerita siapa personil
cherrybelle yang pahanya lebih bagus atau salah satu teman RYLA.
Biarlah aku, Anisa Cherrybelle dan Bram Anjelo yang tahu. Rencananya
adalah pulang siang hari untuk packing tapi apa boleh buat ada
kerjaan yang tidak bisa jauh dari aku. Maklumlah hari Jumat akan
bolos, jadi mau engga mau harus beresin dulu. Beralih ke rencana kedua,
pulang on time lalu packing dan pergi. Lagi dan lagi
rencana kedua pun gagal dikarenakan meeting melebihi jam pulang
kantor. Kegelisahan dan ketidaknyamanan dalam ruangan meeting belum
lagi faktor alam yaitu banjir bercampur menjadi satu yang menimpa
apabila di berikan senyawa kimia akan menjadi G4l4u (Galauhium Klorida).
Alhamdulillah
banget malam itu aku banyak dibantu oleh Allah SWT, semua terasa
dipermudah. Mulai dari surutnya genangan air (banjir) di sepanjang ruas
jalan, tidak terlalu macet, di antar Ayah ke stasiun yang biasanya
belum pulang jam segitu, tidak terlambat naik kereta api disaat
teman-teman udah ada didalamnya, dan sampai selamat sampai tujuan.
Maafkan
aku Ayah karena belum sempat pamitan, aku sudah harus mengejar kereta.
Belum lagi tiket aku masih di pegang oleh Rizal, salah seorang teman
Rotaract Gambir yang mengantar Mia dan Yugo. Bermodalkan telepon 3
menitan, untung saja aku langsung ketemu. Tidak ada yang dalam pikiran
selain naik ke gerbong dan menemui teman-temanku. Napas ngos-ngosan,
Hati dag dig dug, perut keroncongan remix itulah yang melanda malam
itu. Belum lagi meminta maaf atas keterlambatan kepada Anda, Alan,
Bedul, Mia dan Yugo yang sempat mereka tidak terima di awal. Selang 15
menit kereta Senja Utama pun jalan.
Ssttt…. Terdengar dari
salah satu suara penumpang lainnya. Maklumlah cuma kita yang ngobrol
dan tertawa-tertawa di gerbong itu. Mulai dari ngomongin film aneh,
celaan sampai curhat colongan pun menemani perjalanan kami malam itu.
Satu-satu korban berguguran hingga akhirnya Alan, Anda dan Bedul yang
masih terjaga.
Teriakan mijon-mijon, nasi ayam, nasi telor
membuat terbangun. Memang nasi goreng buatan petugas KAI tidak membuat
perut keroncongan remix berhenti sama sekali. “Bertahanlah perut dan
bokong, sebentar lagi kita sampai” berkata dalam hati.
Setelah
sampai langsung mencari atm karena uang di dompet tinggal sedikit.
Berhubung dua ATM bermasalah jadi kita langsung di antar ke kantor
sekretariat Rotary Club. Engga cuma di kereta, dimanapun tempatnya ada
saja yang kita tertawakan. Setelah puas tertawa, saatnya Anda, Alan dan
Alief tidur. Tidak lama kemudian Azan subuh pun berkumandang,
kebetulan ada mesjid di sekitar kantor. Jadi kami mulai bergerak
mencari suara azan itu.
Memang perbedaan tidak terlalu
mencolok, tapi jelas berbeda. Biasanya sehabis Azan, kita sudah bisa
sholat. Saling pandang kebingungan antara Aku, bedul, dan Yugo. Kami
berpikiran apakah mereka sudah sholat? Apakah kita sholat duluan? Ya
balik lagi kita nikmati saja sampai akhir. Ternyata Azan – zikir – Azan
– Sholat. Sekitar ½ jam kita berada di mesjid. Subhanallah. Perbedaan
yang indah.
Sepulang dari mesjid kami bergegas untuk
mandi, dikarenakan jam 6 sudah harus siap untuk dibawa ke suatu tempat
yang ternyata kaki gunung selamet. Antrian kamar mandi pun terjadi. Ada
juga teman kita yang tidak membawa perlengkapan mandi. Banyak yang
menyangka mau menginap di hotel bintang 5 termasuk aku. Ternyata benar,
kita menginap di hotel bernaungan bintang.
Lalu buat apa kita bawa kemeja? Bawa CV? Apakah mau melamar kerja? Apakah ada yang mau dilamar?
==Bersambung di Part. 2.==
0 comments